Blue Note's

The Live is in your hand

Rabu, 02 Februari 2011

Maaf Telah Membuatmu Menunggu

Pada suatu hari di pagi hari yang masih dingin dan gelap. Waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi hari. Terdengar suara adzan shubuh sayup-sayup membangunkan setiap yang mendengarnya. Dengan wajah yang masih mengantuk Raffi mengambil air wudhu dikamar mandi.
“Haduh….dingin banget” kata Raffi.

Setelah mengambil air wudhu dia segera mendirikan shalat Shubuh. Tanpa sengaja setelah ia selesai sholat ia tertidur kembali. Waktu berlalu dan mulai beranjak siang. Ibu Raffi yang sedang sibuk didapur, mulai berjalan kekamar Raffi dengan maksud untuk membangunkannya.
“Raffi……!!!!!!! Kamu sekolah tidak?? Udah hampir siang ini, cepat bangun terus mandi” kata Ibu.
“Iya……Bu” jawab Raffi dengan singkat.
Tanpa disadari Raffi, bahwa tadi ia ketiduran sehabis shalat shubuh tadi. Dengan cepat ia bergegas mandi lalu sarapan dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Raffi telah siap untuk berangkat sekolah.
“Aku berangkat dulu ya Bu” kata Raffi.
“Iya…..hati-hati dijalan ya” Jawab ibu.
Dengan ngebut dia menuju sekolahnya, tak membutuhkan waktu lama untuk mencapai sekolahnya hanya perlu waktu kurang lebih 5-10 menit untuk sampai ke sekolah. Raffi Hidayat, ia anak yang baik, ramah, sopan, lucu, tidak terlalu pandai. Ia bersekolah di sekolah yang cukup ternama dikotanya yaitu SMAN 1 Nusa Bangsa kota Klaten. Dia masih duduk di bangku kelas X di SMA itu. Tepatnya kelas X-F.
Bel istirahat berbunyi para siswa mulai keluar dari kelas mereka untuk istirahat. Ada yang hanya duduk didalam kelas ngobrol sama teman-teman dan bercanda ada juga yang Cuma duduk sendiri seperti tampak merenung. Ya itulah Raffi dia hanya duduk sendirian dikursi yang ada diteras kelas. Dia seperti sedang merenungkan sesuatu. Lalu datanglah sakti teman dekatnya.
“Ngapain kamu fi?? Menyendiri gitu? Mikirin apa??” Tanya Sakti.
“ahhh…..gak apa-apa Cuma lagi pengen menyendiri aja” jawab Raffi.
Sesosok perempuan lewat didepan mereka dan menyapa Raffi.
“Hai…….Fi?” sapa perempuan itu.
Sambil tersenyum kepadanya Raffi menjawab “Hai….Juga….”.
Sakti tertawa melihat tingkah Raffi yang aneh setelah disapa oleh perempuan itu.
Ya tentu saja Raffi salah tingkah karena perempuan yang menyapanya barusan adalah perempuan pujaannya yaitu dialah Via Arumawati, gadis kecil yang imut dan manis. Dia juga pandai dan ramah terhadap siapa saja. Kebetulan juga dia berada dikelas yang bersebelahan dengan kelas Raffi yaitu kelas X-E. sudah 1 tahun Raffi memendam perasaannya kepada Via karena Raffi tak kunjung berani mengungkapkannya. Karena mungkin Raffi tidak berani mengungkapkannya karena 1 tahun yang lalu ia telah mengecewakan Via. Karena pada waktu itu Via sempat mengungkapkan perasaannya kepada Raffi tetapi Raffi tidak menanggapinya karena dia masih ragu terhadap ketulusan Via.
“Dia nyapa kamu tu?? Sana cepet nyatain perasaan kamu ke dia keburu dia dimiliki oleh orang lain” kata Sakti.
“Aku masih belum berani untuk mengungkapkan itu padanya. Belum cukup nyali, apalagi setelah apa yang pernah aku lakukan padanya satu tahun lalu” jawab Raffi.
“itukan masa lalu, mungkin hatinya masih terbuka untukmu?” kata Sakti.
“semoga saja memang seperti itu. Karena sesungguhnya aku sangat mencintainya, aku menyesal kenapa satu tahun lalu aku menolaknya hanya karena aku ragu?. Ya mau bagaimana lagi itulah hidup, apa yang sudah terjadi tak bisa lagi diulangi” kata Raffi.
“santai saja kawan, masih ada waktu untuk melakukannya Fi. Yakin aja dia masih membuka hatinya untukmu” kata Sakti.
“ehm…….kira-kira kapan ya waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan ini pada Dia sak?” Tanya Raffi.
“ya secepatnya Fi, ingatlah seperti kata Pak Jusuf Kalla, lebih cepat lebih baik, hahahaha” Jawab Sakti sembari tertawa.
                Bel istirahat selesai berbunyi para siswa memasuki ruangan kelas masing-masing untuk mengikuti proses KBM seperti biasanya. Sebelum masuk kelas Raffi curi-curi pandang untuk memandang Via yang sedang berjalan masuk kedalam kelas. Dengan tersenyum Raffi memandanginya agak lama sampai-sampai tidak sadar kalau guru sudah hampir dekat menuju ruang kelasnya. Raffi pun langsung bergegas duduk didalam ruang kelas. Dia masih membayangkan senyum dari Via.
“Manis sekali senyumannya” bisik dia dalam hati.
Selama pelajaran berlangsung ia begitu memperhatikan guru yang ada didepan yang sedang menerangkan materi pembelajaran.
                Waktu pulang pun tiba. Para siswa mulai beranjak pergi kecuali Raffi dan Sakti mereka masih tetap asyik ngobrol dan bercanda. Akhirnya yang mereka tunggu-tunggu muncul juga. Via yang sudah setengah jam mereka tunggu baru keluar dari kelasnya dan berjalan menuju tempat parkir sepeda motor untuk siswa.
“eh. . . . . . Fi itu Via sudah keluar tu. Sepertinya dia mau pulang sendirian, sana samperin dia” Suruh Sakti.
“Yang bener? Okelah akan kuberanikan diriku untuk menghampirinya” jawab Raffi.
Raffi beranjak meninggalkan Sakti dan berjalan mendekati Via. Setelah sampai mereka tampak ngobrol dengan senangnya.
“Siang Via” sapa Raffi.
“Siang juga Fi, ada apa Fi?? Tumben banget nyamperin aku?” Tanya Via.
“ah. . . . gak apa-apa hanya ingin mengobrol saja denganmu. Hehm. . . . ngomong-ngomong kamu pulang sama siapa Vi? Tanya Raffi.
“Oh. . . . . pulang sendiri kok, kenapa? Mau nemenin aku pulang apa?” Tanya Via.
“Hehehehehehe. . . . . . . tau saja kamu, iya aku mau nemenin kamu pulang” jawab Raffi.
“ya sudah ayo pulang bareng aku” ajak Via.
Ketika dijalan mereka nampak menikmati obrolan mereka dijalan. Tanpa sadar rumah Via sudah dekat maka berakhirlah kebersamaan mereka yang pertama kali setelah setahun lamanya tidak saling menyapa satu sama lain.
“wah. . . . rumahku sudah dekat kita berpisah ditikungan itu. Ya sudah hati-hati dijalan ya, terima kasih sudah mau mengantarku pulang.” Kata Via.
“ iya Via sama-sama kamu juga hati-hati dijalan ya. Sampai jumpa lagi besok pagi hehe.” Jawab Raffi dengan tersenyum.
“Oke dah” kata Via sembari tersenyum kepada Raffi.
                Hari mulai gelap dan malam pun mulai menjemput senja. Malam itu sungguh indah karena Bulan Purnama dan bintang-bintang nampak sekali terangnya. Terlihat Raffi sedang duduk di halaman rumah nampaknya ia amat lelah karena baru saja selesai belajar dan mengerjakan tugas-tugasnya. Dia merenung sejenak sembari memandang langit dan memperhatikan bulan.
“hari yang cukup indah, apa seharusnya aku cepat-cepat menyatakan perasaan ini kepada Via ya? Tapi aku belum mempunyai keberanian untuk melakukan itu? Tapi kalau aku tidak segera melakukannya dia bisa jadi dia keburu dimiliki oleh orang lain kemudian tertutuplah jalan ini. Pokoknya aku harus menyatakan perasaanku ini besok pulang sekolah, ya aku harus berani” bisik ia dalam hati.
Lalu ia bergegas menyiapkan barang yang akan dia pakai untuk menyatakan perasaannya besok pagi. Dan juga menyiapkan hatinya untuk apapun jawaban dari Via.
                Pagi buta dia sudah bangun dari tidurnya dan bergegas mencari setangkai bunga mawar untuk diberikannya kepada Via pada saat dia menyatakan perasaannya. Dia sudah memantapkan hatinya untuk menyatakan perasaanya pada Via. Dia optimis bahwa Via akan menerima cintanya dan membukakan pintu hatinya untuk Raffi. Disaat istirahat pertama datang dia berpikir bagaimana cara untuk mengungkapkan perasaanya pada Via. Padahal dia tidak pandai dalam hal berbicara seperti menyatakan perasaan kepada seorang wanita. Dia memikirkannya matang-matang dari mulai penampilan, sikap, cara bicaranya juga. Nampaknya Raffi sudah benar-benar yakin melakukannya meskipun dalam hatinya dia masih ragu apakah akan melakukan itu atau tidak?. Jikalau ia ditolak oleh Via setidaknya dia sudah mau untuk mencoba mengungkapkan perasaannya pada Via.
                Bel pulang sekolah berbunyi Raffi bergegas keluar ruangan kelas bersama Sakti mereka menunggu di pintu gerbang sekolah menunggu kedatangan Via untuk melancarkan aksi Raffi menyatakan perasaannya pada Via.
“Kamu udah yakin mau melakukan itu sekarang Fi?” Tanya Sakti.
“iya, aku sudah sangat yakin buat melakukan ini sekarang” jawab Raffi.
“akhirnya setelah sekian lama keberanianmu sebagai seorang laki-laki keluar juga, jadi seorang cowok tu harus berani menyatakan yang sejujurnya. Tidak boleh bohong atau membohongi diri sendiri” kata Sakti.
“waduh. . . . . .keluarlah sisi Wibawa dari seorang Sakti hahahahahahha” Kata Raffi sembari tertawa.
Sekian jam telah terlewati sudah 2 jam mereka menunggu Via tapi tak kunjung muncul juga. Mereka terus bertanya dalam hati kemana dia? Kenapa gak muncul juga?.
“Kok lama banget gak muncul-muncul dia Fi? Sudah dua jam kita menunggu disini tapi dia tidak muncul juga. Sebenarnya kemana dia?” kata Sakti.
“ya. . . . aku juga tidak tahu Sak. .seharusnya dia sudah muncul dari tadi. Ya kamu disini dulu ya? Aku mau kekamar mandi ma nge-cek apa dia masih disekolah atau tidak” kata Raffi.
“ya. . . jangan lama-lama yang muter-muter” jawab Sakti.
Setelah dari kamar mandi Raffi berjalan-jalan mengelilingi sekolah berharap menemukan Via. Tanpa sengaja ia melihat seorang cowok yang sedang duduk bersama cewek. Yang cowok mencoba untuk duduk mendekati yang cewek tetapi si cewek tadi terus menjauh sepertinya cewek itu tidak mau didekati. Dan terkejutnya Raffi mengetahui bahwa ternyata cewek itu adalah Via gadis pujaan hatinya. Raffi bergegas untuk mendekati mereka dan menguping pembicaraan mereka berdua. Dan lebih terkejutnya lagi Raffi mendengar kalau cowok itu menyatakan perasaannya kepada Via.
“Via, aku mencintaimu maukah kamu menjadi kekasihku?” Tanya Cowok itu.
Via tidak menjawab apa-apa hanya tersenyum saja setelah mendengar kata-kata itu. Seakan Raffi tidak percaya bahwa dia telah lebih didahului oleh orang lain. Jalannya pun seakan sudah tertutup rapat. Setangkai bunga yang ia bawa untuk Via terlepas begitu saja dari tangannya dan jatuh ke tanah. Dan Raffi segera beranjak pergi dengan perasaan yang bercampur aduk antara sedih, sakit, dan marah semuanya menjadi satu. Tanpa sepengetahuan Raffi bahwa Via mengetahui dan melihat Raffi sebelum beranjak pergi dari tempat persembunyiannya. Lalu Via bergegas menjawab pertanyaan dari cowok itu.
“ Maaf ya. . . . . aku tidak bisa menerimamu karena aku masih menanti seseorang” jawab Via.
“siapa?? Apakah dia lebih baik dari aku?? Tanya cowok itu.
“Tidak, dia tidak lebih baik darimu tetapi dia bagiku adalah yang paling baik dari semua cowok di sekolah ini” jawab Via.
Seakan-akan tidak mampu lagi berkata apa-apa cowok itu langsung beranjak pergi meninggalkan Via. Via bergegas beranjak dari tempat itu menuju ketempat Raffi menguping tadi. Ia menemukan setangkai bunga dari Raffi, ia mengambilnya lalu dihirupnya aroma mawar itu lalu ia tersenyum dan menaruh mawar itu didalam tas-nya.
Pada malam hari setelah kejadian itu Raffi hanya bisa duduk merenung sembari memandang langit dengan penuh kesedihan. Karena dia merasa sangat menyesal sekali.
“Arghhhh. . . .  . . . ternyata aku selangkah lebih lambat dibanding cowok itu. Kenapa aku menyiakan-nyiakan kesempatanku dulu hanya karena keraguan??. Aku sangat bodoh telah melewatkannya. Ya Tuhan tunjukkanlah jalan untukku” bisik ia dalam hati.
Sementara itu Via juga merenung dengan memandang langit. Dia nampak seperti sedang senang sekali.
“Oh. . . Ya Tuhan apa sebenarnya yang akan dilakukan Raffi kepadaku dengan setangkai mawar ini? Mungkinkah ia akan jadi milikku?” bisik Via dalam hati.
                Dua minggu berlalu setelah kejadian itu Raffi berubah dari yang semula adalah orang yang selalu ceria menjadi orang yang selalu pemurung dan menyendiri. Sampai teman-temannya pun heran terhadap perubahan Raffi yang sangat drastis itu.
“Hai Fi, kamu itu kenapa?? Kok akhir-akhir ini jadi pemurung gitu?” Tanya Aldi teman Raffi.
“tidak apa-apa, kamu tidak perlu tahu.” Jawab Raffi dengan singkat.
                Tiga minggu pun berlalu dan Raffi pun masih tetap menjadi seorang yang pemurung. Hingga pada suatu hari yaitu hari minggu tanggal 12 desember 2010 disaat ia sedang berlibur bersama sakti dan beberapa teman lainnya. Ketika itu Raffi hanya duduk melihat hamparan pasir dan laut yang luas sendirian. Tanpa sengaja Sakti yang sedang bermain di pantai ia bertemu dengan Via yang secara kebetulan sedang berada disitu bersama keluarga dan teman-temannya.
“hai. . . . sak?? Kok kamu disini? Sama siapa kamu kesini?” Tanya Via.
“eh. . . . Via? Aku kesini sama anak-anak kok” jawab Sakti.
“Si Raffi ikut gak??” Tanya Via.
“Ikut kok itu dia ada disana duduk sendirian, entah kenapa aku juga tidak tahu 3 minggu terakhir ini dia jadi pemurung kok” jawab Sakti.
“oh. . . . . gitu yasudah aku mau nyamperin dia dulu ada sesuatu yang mau aku berikan pada dia” kata Via.
“yupz….” Jawab Sakti.
Via bergegas menghampiri Raffi yang tengah duduk sendiri. Dia datang dari belakang dengan membawa setangkai mawar milik Raffi yang dulu tidak jadi diberikan kepada Via. Raffi terkejut ketika melihat mawar itu dibawa oleh Via.
“Ini milikmu kan?” Tanya Via.
“iya. . . darimana kamu nemuin itu?” Tanya Raffi balik.
“dari tempat kamu menjatuhkannya” Jawab Via.
“Kenapa Masih kamu simpen mawar itu?” Tanya Raffi.
“sayang aja untuk membuang bunga seindah dan seharum ini, ini milikmu jadi kukembalikan padamu” kata Via.
“Tidak. . . . Bunga itu kuberikan untukmu” jawab Raffi.
“Kenapa?” Tanya Via.
“Ya karena aku mencari bunga itu bertujuan untuk kuberikan padamu”jawab Via.
“Loch??? Makin gak ngerti aku dengan maksudmu Fi??” Tanya Via dengan wajah yang kebingungan.
Dengan tersenyum Raffi menjawab pertanyaan Via.
“Kau tau sesungguhnya aku sangat mengagumimu, menyayangimu, dan mencintaimu sejak setahun lalu tetapi aku masih ragu terhadap kamu, jadinya aku memendam perasaanku hingga aku merasa yakin untuk menyatakan perasaan ini padamu. Seperti yang kau dengar sekarang aku sudah mengumpulkan keberanianku selama satu tahun ini untuk menyatakan perasaanku padamu yang sudah lama sekali terpendam dihati ini. Bagiku dirimu itu tiada dua-nya didunia ini. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi berpaling dari dirimu. Ketahuilah aku benar-benar tulus padamu.” Jawab Raffi.
Via tersenyum mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Raffi.
“Lalu sekarang mau-mu apa Fi?” Tanya Via.
“Tanpa perlu aku mengatakan padamu seharusnya kaupun tahu Vi, kuingin kau jadi milikku karena aku sangat mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasihku Vi?? Apa kau masih membuka pintu hatimu untukku?” Tanya Raffi.
Via tersenyum lalu mengangguk kepada Raffi dan menjawab.
“Iya aku mau menjadi kekasihmu Fi”. Jawab Via sembari tersenyum.
“Tapi? Bukannya kamu udah punya?? Cowok yang kemarin itu??” Tanya Raffi.
“aku menolak dia untukmu sayang. . . . . .karena aku juga menunggumu selama setahun ini. Karena aku yakin kalau kamu akan menyatakan itu. Karena Kutau Engkau Begitu”. Jawab Via.
Dengan tersenyum Raffi mengatakan
“Aku akan menjaga Cinta ini untukmu hingga kita dipisahkan oleh maut sayang aku janji padamu. Pantai, laut, langit dan semua ada disini adalah saksi cinta dan janji kita berdua”.
“Iya sayang, aku percaya padamu”. Jawab Via
Mereka lalu duduk dan menikmati sunset berdua dipinggir pantai dengan saling menggenggam tangan. Mereka berdua terlihat begitu menikmati kebersamaan mereka setelah sekian lama menjauh dan saling menunggu. Pantai Krakal, langit, derai ombak, batu karang, ikan-ikan menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.Dan Raffi sembari tersenyum dengan perlahan mengatakan pada Via.
“Sayang. . . . . . . .MAAF TELAH MEMBUATMU MENUNGGU selama ini”. 

0 comments:

Posting Komentar